New York, 25 September 2025 Kompassindonesianews.com Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam Sidang Umum PBB ke-80 pada Kamis (25/9/2025) menegaskan kesiapan Indonesia mengirim hingga 20.000 pasukan TNI ke Gaza, apabila Perserikatan Bangsa- Bangsa ( PBB ) Memberikan mandat resmi. Langkah ini dianggap sebagai komitmen nyata Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Pidato Prabowo disampaikan sekitar pukul 10.30 pagi waktu New York (21.30 WIB di Jakarta) dan langsung mendapat perhatian luas dari dunia internasional.
Dukungan Internasional
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menilai sikap Indonesia mencerminkan kepemimpinan moral di tengah krisis. Dari dunia Islam, Sekjen OKI Hissein Brahim Taha menegaskan 51 negara anggota OKI berdiri teguh bersama Indonesia. Sekjen ASEAN Dr. Kao Kim Hourn menekankan peran Indonesia sebagai suara Asia Tenggara. Sekjen OAS Albert Ramdin menilai solidaritas lintas benua semakin kuat, dan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat menyatakan Afrika berdiri bersama Palestina karena pengalaman sejarah kolonialisme.
Selain pejabat organisasi internasional, sejumlah pemimpin dunia juga bersuara. Raja Felipe VI dari Spanyol menyerukan penghentian “pembantaian di Gaza”, sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan perjuangan kemerdekaan tidak akan berhenti.
Reaksi Amerika Serikat dan Israel
Di Washington, Presiden Donald Trump menegaskan Amerika Serikat tetap berdiri kokoh di sisi Israel. “Keamanan Israel adalah prioritas Amerika, namun kami juga mendengar suara komunitas internasional yang menuntut solusi damai,” ujarnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak keras wacana pengerahan pasukan internasional. “Israel tidak akan pernah menerima pasukan asing di Gaza. Setiap upaya itu adalah ancaman langsung terhadap kedaulatan kami,” tegas Netanyahu di Yerusalem.
Reaksi Sekutu Eropa dan Negara Lain
Reaksi Eropa bervariasi. Prancis dan Irlandia menyambut positif sikap Indonesia, sedangkan Jerman lebih berhati-hati, menegaskan perlunya resolusi Dewan Keamanan PBB. Inggris menegaskan dukungan historisnya pada Israel, namun semakin banyak anggota parlemen dan kelompok masyarakat sipil yang mendesak London agar mengakui Palestina secara penuh.
Dari Asia Timur, Korea Utara (Korut) secara resmi mendukung pidato Prabowo. Pyongyang menyebut langkah Indonesia sebagai “gerakan revolusioner melawan imperialisme” dan menegaskan solidaritas penuh bagi Palestina.
Dari Timur Tengah, Qatar, Turki, dan Arab Saudi menyatakan dukungan penuh terhadap Indonesia, sementara Mesir melihat peluang Jakarta sebagai penengah gencatan senjata.
Reaksi Rusia dan Tiongkok
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut inisiatif Indonesia sebagai langkah penting untuk mendorong peran aktif PBB. Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan dukungan pada kemerdekaan penuh Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, serta memuji peran konsisten Indonesia.
Internal Palestina dan Israel
Pasca wafatnya Ismail Haniyeh akibat serangan udara, Hamas mengumumkan kepemimpinan kolektif yang melibatkan Khalil al-Hayya, Saleh al-Arouri, dan Mahmoud al-Zahar. Dalam struktur ini, al-Hayya memimpin koordinasi politik, sementara Arouri dan Zahar bersama tokoh lapangan memegang kendali operasional.
Di internal Palestina, Hamas dan Otoritas Palestina (Fatah) sempat bersitegang, namun ancaman agresi Israel membuat keduanya mempercepat konsolidasi menuju persatuan nasional. Presiden Abbas menegaskan: “Kami harus bersatu agar suara Palestina semakin kuat di dunia internasional.”
Sementara di Israel, perdebatan internal semakin tajam. Koalisi sayap kanan Netanyahu menuntut operasi militer tanpa kompromi, sementara oposisi dan sebagian masyarakat sipil mendesak negosiasi damai setelah tekanan internasional meningkat.
Reaksi Rakyat Indonesia dan Dunia
Pidato Prabowo memicu gelombang emosi rakyat Indonesia. Ribuan orang turun ke jalan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, hingga Aceh. Dari Masjid Istiqlal hingga alun-alun kota, suara takbir dan doa untuk Palestina menggema, bendera merah putih berkibar berdampingan dengan bendera Palestina.
Ulama dan tokoh agama menyerukan persatuan umat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut langkah Prabowo sebagai “ijtihad politik luar negeri yang berpihak pada kemanusiaan.” Pesan khutbah Jumat di berbagai masjid mengangkat tema solidaritas untuk Palestina.
Di kampus-kampus besar, mahasiswa menggelar aksi damai. Universitas Indonesia, ITB, UGM, dan ratusan kampus lainnya menggelar diskusi, long march, dan doa bersama dengan spanduk: “Dari Indonesia untuk Palestina Merdeka.”
Organisasi masyarakat sipil dan relawan kemanusiaan juga bergerak cepat. ACT, MER-C, PMI, dan jaringan filantropi Islam membuka posko penggalangan dana. Dalam 48 jam pertama, terkumpul puluhan miliar rupiah dari donasi rakyat untuk bantuan kemanusiaan di Gaza.
Di luar negeri, diaspora Indonesia juga bersuara. Dari London, New York, Melbourne, hingga Kairo, mahasiswa dan komunitas Indonesia menggelar aksi di depan gedung PBB dan kedutaan besar, membawa poster bergambar Prabowo berdampingan dengan bendera Palestina dan tulisan: “Indonesia for Humanity.”
Di media sosial, tagar #IndonesiaBersamaPalestina, #PrabowoDiPBB, dan #SugionoDiplomasiMuda menjadi trending global. Mayoritas warganet mendukung, menyebut Indonesia “pemimpin moral dunia.” Namun, ada juga suara kritis yang mengingatkan risiko pengerahan pasukan TNI tanpa persiapan matang.
Reaksi Politik Domestik
DPR RI turut merespons pidato Prabowo. Fraksi-fraksi besar seperti Gerindra, PKB, PKS, dan PAN mendukung penuh langkah presiden. Ketua Fraksi PKS menyebut pernyataan Prabowo “sesuai aspirasi umat Islam Indonesia yang sejak lama mendukung kemerdekaan Palestina.”
Namun, sejumlah partai lain mengingatkan aspek kehati-hatian. Fraksi PDIP menekankan bahwa pengerahan pasukan TNI harus melalui mekanisme konstitusi dan mandat resmi PBB. Sementara Partai Demokrat menyambut baik gagasan itu, tetapi menilai pemerintah harus menyiapkan strategi diplomasi paralel agar Indonesia tidak terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan dukungan moral atas sikap Indonesia, tetapi menegaskan perlunya rapat gabungan dengan pemerintah untuk membahas aspek hukum, anggaran, dan kesiapan pasukan.
Analisis Pengamat: Pro dan Kontra
Pengamat komunikasi politik Moh. Saripudin menilai langkah Prabowo dan respons dunia menunjukkan momentum baru.
Menurutnya, sisi pro dari pidato Prabowo di PBB (25 September 2025) adalah keberanian Indonesia mengambil peran sentral dalam diplomasi kemanusiaan. “Dukungan dari PBB, OKI, ASEAN, OAS, Uni Afrika, Rusia, Tiongkok, hingga solidaritas dari Korea Utara membuktikan perjuangan Palestina kini mendapat legitimasi global. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai pelopor diplomasi moral,” ujar Saripudin.
Namun, sisi kontra juga mengemuka. Beberapa kalangan menilai usulan pengerahan 20.000 pasukan TNI berpotensi memicu eskalasi militer dengan Israel dan berisiko menimbulkan korban jiwa dikedua pihak. Selain itu, kesiapan logistik dan mandat PBB masih menjadi tanda tanya besar.
Saripudin, Yang di Sapa Pudin, juga menyoroti peran Menlu Sugiono, yang mendampingi langsung Presiden Prabowo di New York. Menurutnya, Sugiono dinilai berhasil memperkuat diplomasi di balik layar dengan menggalang dukungan negara-negara nonblok dan Afrika. “Sugiono tampil sebagai representasi generasi baru diplomat Indonesia. Namun, kritik muncul karena Indonesia belum secara jelas menyodorkan peta jalan diplomasi—apakah fokus pada misi kemanusiaan, penjaga perdamaian, atau intervensi militer terbatas,” tambahnya.
KABIRO KOTA PALEMBANG : KOMARUDIN